Pura Bukit Gumang merupakan Pura Kahyangan Jagat di bagian tenggara, yang diempon dan disiwi oleh lima Desa Pakraman yang dikenal dengan Manca Desa. Desa-desa tersebut adalah: Desa Pakraman Bugbug sebagai pangempon utamanya, dan yang didukung oleh; Desa Pakraman Bebandem, Desa Pakraman Datah, Desa Pakraman Jasri, dan Desa Pakraman Ngis di Kabupaten Karangasem.
Pura ini sudah berdiri sejak zaman Bali Kuna, yakni pada tahun saka 11 (rah candra tĂȘng bumi, isaka eka tang bumi). Berdasarkan penelitian Pura Bukit Gumang ini berawal dari Bhatara Sang Hyang Sinuhun Kidul yang mulanya berstana di Pura Bukit Huluwatu, merupakan Putra mahkota dari Bhatara Hyang Purasadha, kemudian mempersunting Putri Bhatara Gde Sakti di Pura Bukit/Gili Byaha yang bernama Dewa Ayu Mas. Setelah beliau ardhanareswari (dampati) beliau juga disebut Bhatara Gde Sakti. Kemudian beliau menuju Ukir Gumang di Desa Pakraman Bugbug disebut Bhatara Gde Gumang. Ketika menuju Ukir Gumang beliau membawa tattwa usadha dan tattwa kadyatmikan bersama-sama dengan Bhagawan Cakru, Bhagawan Manggapuspa, Mpu Sewa-sogata (Siwa-Budha), yang hingga kini beliau berstana di Pura Ukir Gumang yang lebih dikenal dengan nama Pura Bukit Gumang.
Bhatara Gde Gumang dikisahkan mempunyai ”Putra dan Putri” antara lain; yang sulung adalah Bhatara Gde Manik Sakti, kemudian Bhatara Ayu Made, Bhatara Ayu Pudak, Bhatara Ayu Nyoman, dan Bhatara Ayu Ktut. Bhatara Gde Manik Sakti dan Bhatara Ayu Made berstana di Pura Puseh Desa Pakraman Bebandem. Bhatara Ayu Pudak yang juga dikenal dengan sebutan Dewa Ayu Mas Prasi berstana di Pura Puseh Desa Pakraman Datah. Bhatara Ayu Nyoman berstana di Pura Mastima Desa Pakraman Jasri. Dan Bhatara Ayu Ktut berstana di Pura Puseh Desa Pakraman Ngis.
Upacara piodalan di Pura Bukit Gumang dikenal dengan Usabha Kadulu atau Haci Kadulu yang digolongkan menjadi dua yaitu : 1). Usabha/haci Kadulu Cenik adalah merupakan upacara piodalan alit (kecil), yang dilaksanakan pada hari purnamaning sasih kapat (kartika) sajeroning penanggal ping 13, 14, 15, nuju tri wara beteng (wahya) setiap tahun ganjil. 2). Usabha/haci Kadulu Gede adalah merupakan upacara piodalan ageng (besar), yang dilaksanakan pada hari purnamaning sasih kapat (kartika) sajeroning penanggal ping 13, 14, 15, nuju tri wara beteng (wahya) setiap tahun genap.
Hal-hal yang unik pada saat usabha/haci kadulu gede (piodalan ageng), adalah : 1). Nguntap ngulemin para Dewa/Bhatara-Bhatari di Manca Desa, seperti; Bugbug, Bebandem, Datah, Jasri, dan Ngis). 2). Adanya prosesi upacara mabyasa, yaitu rangkaian upacara mengusung dan menarikan jempana/joli-joli usungan para Dewa dan mempertemukan Bhatara Gde Gumang dengan Bhatara Gde Manik Sakti (Putra Mahkota). 3). Upacara ngaturang banten pujawali secara bersama-sama dengan para Pemangku/Prajuru Dulun Desa dari Desa-desa Pakraman Manca Desa. 4). Upacara nyaik nasi palupuhan, yaitu suatu rangkaian acara makan bersama tanpa membeda-bedakan asal-usul, trah/ras/klen dari para pengiring/pengusung/pemundut/pemedek, yang digelar disepanjang halaman natar Bale Agung di Pura Bukit Gumang. 5). Upacara mapinton, yaitu suatu upacara ngaturang banten papintonan berupa pejati yang berisi babi guling, yang merupakan ungkapan rasa bhakti dan bukti kesetiaan akan janji atas amanah serta anugrah yang telah dilimpahkan.
Pelingih-pelinggih utama yang ada di luhur Pura Bukit Gumang, adalah; Pelinggih gaduh maprucut sebagai stana Bhatara Gde Gumang. Pelinggih gaduh rong kalih sebagai stana Bhatara Istri. Pelinggih meru tumpang tiga sebagai stana Bhatara Tri Purusa. Pelinggih sanggar agung sebagai stana Sanghyang Luhuring Akasa. Kosepsi berdirinya Pura Bukit Gumang adalah; konsepsi rwabhineda dan sad kertih.
Pura ini sudah berdiri sejak zaman Bali Kuna, yakni pada tahun saka 11 (rah candra tĂȘng bumi, isaka eka tang bumi). Berdasarkan penelitian Pura Bukit Gumang ini berawal dari Bhatara Sang Hyang Sinuhun Kidul yang mulanya berstana di Pura Bukit Huluwatu, merupakan Putra mahkota dari Bhatara Hyang Purasadha, kemudian mempersunting Putri Bhatara Gde Sakti di Pura Bukit/Gili Byaha yang bernama Dewa Ayu Mas. Setelah beliau ardhanareswari (dampati) beliau juga disebut Bhatara Gde Sakti. Kemudian beliau menuju Ukir Gumang di Desa Pakraman Bugbug disebut Bhatara Gde Gumang. Ketika menuju Ukir Gumang beliau membawa tattwa usadha dan tattwa kadyatmikan bersama-sama dengan Bhagawan Cakru, Bhagawan Manggapuspa, Mpu Sewa-sogata (Siwa-Budha), yang hingga kini beliau berstana di Pura Ukir Gumang yang lebih dikenal dengan nama Pura Bukit Gumang.
Bhatara Gde Gumang dikisahkan mempunyai ”Putra dan Putri” antara lain; yang sulung adalah Bhatara Gde Manik Sakti, kemudian Bhatara Ayu Made, Bhatara Ayu Pudak, Bhatara Ayu Nyoman, dan Bhatara Ayu Ktut. Bhatara Gde Manik Sakti dan Bhatara Ayu Made berstana di Pura Puseh Desa Pakraman Bebandem. Bhatara Ayu Pudak yang juga dikenal dengan sebutan Dewa Ayu Mas Prasi berstana di Pura Puseh Desa Pakraman Datah. Bhatara Ayu Nyoman berstana di Pura Mastima Desa Pakraman Jasri. Dan Bhatara Ayu Ktut berstana di Pura Puseh Desa Pakraman Ngis.
Upacara piodalan di Pura Bukit Gumang dikenal dengan Usabha Kadulu atau Haci Kadulu yang digolongkan menjadi dua yaitu : 1). Usabha/haci Kadulu Cenik adalah merupakan upacara piodalan alit (kecil), yang dilaksanakan pada hari purnamaning sasih kapat (kartika) sajeroning penanggal ping 13, 14, 15, nuju tri wara beteng (wahya) setiap tahun ganjil. 2). Usabha/haci Kadulu Gede adalah merupakan upacara piodalan ageng (besar), yang dilaksanakan pada hari purnamaning sasih kapat (kartika) sajeroning penanggal ping 13, 14, 15, nuju tri wara beteng (wahya) setiap tahun genap.
Hal-hal yang unik pada saat usabha/haci kadulu gede (piodalan ageng), adalah : 1). Nguntap ngulemin para Dewa/Bhatara-Bhatari di Manca Desa, seperti; Bugbug, Bebandem, Datah, Jasri, dan Ngis). 2). Adanya prosesi upacara mabyasa, yaitu rangkaian upacara mengusung dan menarikan jempana/joli-joli usungan para Dewa dan mempertemukan Bhatara Gde Gumang dengan Bhatara Gde Manik Sakti (Putra Mahkota). 3). Upacara ngaturang banten pujawali secara bersama-sama dengan para Pemangku/Prajuru Dulun Desa dari Desa-desa Pakraman Manca Desa. 4). Upacara nyaik nasi palupuhan, yaitu suatu rangkaian acara makan bersama tanpa membeda-bedakan asal-usul, trah/ras/klen dari para pengiring/pengusung/pemundut/pemedek, yang digelar disepanjang halaman natar Bale Agung di Pura Bukit Gumang. 5). Upacara mapinton, yaitu suatu upacara ngaturang banten papintonan berupa pejati yang berisi babi guling, yang merupakan ungkapan rasa bhakti dan bukti kesetiaan akan janji atas amanah serta anugrah yang telah dilimpahkan.
Pelingih-pelinggih utama yang ada di luhur Pura Bukit Gumang, adalah; Pelinggih gaduh maprucut sebagai stana Bhatara Gde Gumang. Pelinggih gaduh rong kalih sebagai stana Bhatara Istri. Pelinggih meru tumpang tiga sebagai stana Bhatara Tri Purusa. Pelinggih sanggar agung sebagai stana Sanghyang Luhuring Akasa. Kosepsi berdirinya Pura Bukit Gumang adalah; konsepsi rwabhineda dan sad kertih.
Posting Komentar
Silahkan Tulis Komentarnya disini